Tumisan Lebih Sehat
Seperti yang kita ketahui salah satu makanan sehari-hari
orang Jawa adalah tumis-tumisan. Seperti tumis kangkung, tumis kacang panjang,
dan tumis sawi. Ketiga tumisan tersebut dapat dengan mudah dibuat di rumah,
daripada membelinya di warung yang belum tentu baik dan sehat pengolahannya.
Berikut tips memasak tumisan agar lebih sehat.
Pensortiran dan Pembersihan Sayuran
Sayuran yang kita gunakan untuk memasak tumisan haruslah
bebas dari kotoran, pestisida, dan bagian sayuran yang sudah tidak layak
konsumsi. Untuk itu pembersihan sayuran perlu dilakukan dengan benar. Pertama
sayuran yang kita beli disortir terlebih dahulu, yaitu dengan cara membuang
bagian yang sudah busuk atau rusak seperti terdapat bercak coklat kehitaman dan
bagian akar pada sayuran karena bagian-bagian tersebut mengandung banyak kuman
dan zat berbahaya bagi tubuh. Lalu dilakukan pencucian dengan air mengalir. Ya,
harus menggunakan air mengalir. Karena jika menggunakan rendaman air maka
justru kotoran akan menyebar keseluruh bagian sayuran. Juga mencuci sayuran dapat menggunakan air garam karena dapat membunuh kuman dan bakteri (Pantastico,1989)
Ya, mungkin terdengar aneh memasak tumisan dengan cara
mengkukus. Namun hal ini memberikan manfaat kesehatan yang jauh lebih baik
dibandingkan dengan memasak tumisa dengan cara tradisional. Biasanya tumisan
dibuat dengan cara merebus bersama bumbu-bumbu dengan sayuran. Namun agar lebih
sehat, sayuran yang sudah dibersihkan dikukus terlebih dahulu hingga empuk. Lalu bumbu-bumbu
tumisan direbus bersama dengan air sehingga menjadi saus. Setelah itu saus yang
sudah jadi dituang ke sayuran yang sudah dikukus. Memang bumbu tidak terlalu
meresap pada sayur, namun dengan cara ini sayuran dapat menjadi lebih sehat.
Mengapa bisa begitu? Salah satu perbedaan yang sangat
menonjol antara sayuran yang direbus dan dikukus adalah kontak sayuran dengan
air dan panas yang diterima sayuran (Schmidt, 2003). Jika direbus maka sayuran
akan bersentuhan langsung dengan air yang mengakibatkan zat-zat nutrisi yang
bermanfaat bagi tubuh seperti vitamin, mineral, dan zat warna klorofil akan
larut dalam air dan panas yang berlebih mengakibatkan zat-zat nutrisi tersebut
rusak sehingga sayuran yang kita makan menjadi kuran bernutrisi, atau hanya
serat saja yang tertinggal. Namun jika dikukus maka sayuran tidak akan
bersentuhan langsung dengan air dan panas yang berlebih sehingga zat-zat
nutrisi akan lebih banyak yang tetap berada dalam sayuran.
Jika masakan yang kita masak terlalu berlebih maka akan
tersisa. Lalu kita biasanya akan menghangatkan sayuran yang tersisa untuk kita
makan kembali. Nah cara tersebut kurang tepat dikarenakan proses memasak sayuran
yang berulang-ulang akan lebih mengurangi kandungan nutrisi pada sayuran (Dalimartha,
2013). Lalu solusinya adalah masak dan habiskan. Semisal di waktu siang
untuk porsi satu keluarga 4 orang. Kita dapat mengira-mengira dahulu kebiasan
makan anggota keluarga kita. Nah darisitu kita dapat mengukur seberapa banyak
tumisan yang kita buat.
Misal untuk sekali makan di siang hari untuk 4 orang 1
ikat kangkung cukup ,maka jangan memasak 2 ikat kangkung pada siang hari untuk
dimakan juga pada waktu malam tetapi memasak lagi lah 1 ikat kangkung di malam
hari untuk makan malam. Sehingga setiap kali memasak sayuran akan selalu habis,
jika ingin makan lagi, masak lah lagi. Dengan kebiasaan dan cara ini maka
nutrisi sayuran pada tumisan yang kita makan akan terjaga dan menjadi manfaat
bagi tubuh kita.
Dengan menjalankan 3 tips memasak tumisan yang lebih sehat,
maka kandungan nutrisi dan zat-zat bermanfaat bagi tubuh yang ada pada sayuran
akan dapat terjaga sampai kita makan. Selain 3 tips diatas, kebiasaan seperti
mencuci tangan dan mencuci perkakas dapur dengan bersih juga harus diterapkan
agar masakan apapun yang kita masak menjadi lebih sehat.
Sumber:
Dalimartha, S., F. Adrian.
2013. Fakta Ilmiah Buah & Sayur.
Penebar Plus. Jakarta.
Schmidt, R. H., Rodrick, G.
E. 2003. Food Safety Handbook. John
Wiley & Sons Publication. USA
Pantastico, E.B., 1989. Fisiologi pasca panen,
penanganan dan pemanfaatan buah-buahan dan sayur-sayuran tropika dan sub tropika. Gadjah Mada
University Press.
Komentar
Posting Komentar